
Lima tahun yang lalu, aku bertemu dengannya. Berharap bisa bersama namun entah pada akhirnya.
Lima tahun sudah ku mengenalnya, walau hanya lewat suara, tapi aku seakan telah mengenalmu lama.
Dulu aku memang mengacuhkanmu, dulu aku memang tak mempedulikanmu.
Semua perhatian ku anggap hanyalah angin lalu. Karena aku tak mau hanya memberikanmu janji, mimpi, harapan dan semuanya yang hanya omong kosong belaka. Hanya satu harapku. . yaitu bisa bertemu denganmu..
Hari yang sejak lima tahun lalu aku nantipun tiba. Bertemu dengan sosok yang ku kenal sejak dulu tapi tak pernah sekalipun ku melihat wajahnya . .
mungkin sudah gila atau apalah, tapi memang begitu adanya. Jaraklah yang memisahkan kita.
Malang . . . sebulan yang lalu, kita dipertemukan disana. Kamu, tak sedikit pun berbeda dari yang ku kenal lewat suara. Tak ada perkataan yang janggal darimu . . .
Seketika itu, memoriku tentangmu selama lima tahun terbersit. Menatap senyummu dan mendengar tawamu secara nyata membuatku berubah. . Dulu sering kamu menanyakanku bagaimana perasaan ku?? tapi ini seakan gila. mana mungkin aku menyerahkan hatiku pada orang yang tak pernah aku lihat wajahnya sekalipun???
Mungkin ini salahku, terlalu membiarkanmu, hingga mungkin kamu telah lelah menantiku.
kekecewaanku muncul ketika dirimu tak menepati komitmen awal kita. Kita pernah saling berujar untuk membuat pertemuan ini mejadi nyata . . tapi saat ku datang dan membuatnya nyata, kau malah telah membuka hatimu untuk yang lain. Padahal tiap kali aku menanyakan hal itu, kau selalu mengelak, kau selalu berkata ingin menungguku. tapi janji tinggalah janji . .
Kecewa saat kau tak menepatinya . . .
Kecewa saat kau memilihnya . . .
Tapi nasi sudah menjadi bubur, kau memilih dan aku yang memutuskan.
Walaupun sejujurnya ku tak pernah bisa merelakanmu pergi, tapi aku pun tak kuasa untuk menjerit memaksamu untuk tetap menemani hari-hari ku . . .
Pantas saja kau tak mengantarku saat pulang, pantas saja sikap mu berubah paska pertemuan. . Rupanya telah ada bidadari bersayap yang siap mengajakmu untuk mengarungi sebuah kebahagian. . .
Kini ku kehilanganmu, kehilanganmu mungkin untuk selamanya. Sirna sudah mimpi-mimpi itu. Aku tak menyalahkanmu memilihnya karna kau pun berhak menentukan kepada siapakah cintamu akan kau labuhkan.
Disini ku memang terluka, disini ku memang masih memendam rasa kekecewaan. Kau mungkin benar, aku egois, selama lima tahun ini aku tak pernah sedikitpun mengerti perasaanmu. Tapi aku melakukan itu semua karena aku punya alasan. Aku akan mencintaimu secara nyata kalau kita sudah bertemu secara nyata . . .
Tapi kau tak pernah mengerti alasanku itu. . .
Nta . . mungkin tak kan ku dengar suaramu lagi. sebulan sudah ku tak pernah mendengar suaramu. . . Mungkin saat ini pun kau sedang bersamanya, menikmati kasih sayang yang tak pernah kau rasakan dariku.
Nta . . . inginku saat ini hanya mendengar suaramu, mendengar lelucon-lelucon gilamu, mendengar tawamu, mendengarmu memanggil namaku, selalu ada buatku. . . Tapi bukan aku yang sekarang ada di hatimu.
Walau aku kecewa dengan kisah ini, tapi aku merindukanmu Nta .. .. Sungguh aku merindukanmu. . .